Senin, 08 Februari 2010

militer

Komando Pasukan Khusus (Kopassus), dulunya Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopasandha),

BERITA SEPUTAR KOPASUS
Komando_8[1]dilatih untuk mengumpulkan data intelijen, berbagai teknik operasi khusus, sabotasi, dan pendaratan lewat udara dan air. Didirikan pada tanggal 16 April 1952, Kopassus dirombak dan dikecilkan jumlahnya di tahun 1985, dan pada tahun 1992 kekuatan Kopassus hanya berjumlah 2.500 orang. Mereka, yang dapat dengan mudah dikenali karena baret merahnya, dibagi dalam dua grup operasi dan satu grup pelatihan.

Pada tahun-tahun akhir di dasawarsa 1990 Kopassus kembali menambah jumlah anggotanya menjadi 6.000 orang.

Dengan bermarkas besar di Cijantung, Jakarta Timur, Kopassus berkembang menjadi lima grup.

Dimana Group IV secara khusus menangani operasi intelijen bersama dengan Satuan Gabungan Intelijen (SGI) Kopassus.

Sekitar tahun 2001, Kopassus merampingkan organisasinya menjadi 5.000 personel dengan pembagian sebagai berikut:

*
Group 1 Para Komando (Taktakan, Serang, Banten) – 3 batalyon
*
Group 2 Para Komando (Kandang Menjangan, Kartasura, Solo) – 3 batalyon
*
Group 3 Sandi Yudha / Intelijen (Cijantung, Jakarta)
*
(1) Batalyon Parako (terpisah) (Semplak, Bogor)
*
(1) Detasemen Markas Komando (Cijantung, Jakarta)
*
(1) Sat-81/Gultor(Cijantung, Jakarta)
*
Pusat Pendidikan Pasukan Khusus / Pusdikpassus (Batujajar, Bandung)

Kopassus adalah kekuatan elite yang selalu mengutamakan jumlahnya yang sedikit dan kemampuannya untuk melakukan penyerangan secara cepat. Mereka telah terjun dalam berbagai operasi militer di wilayah Indonesia yang keamanannya sedang tidak terjamin. Unit Kopassus terlibat dalam operasi pembebasan sandera dalam pesawat Garuda Airline Woyla pada tahun 1981. Beberapa anggota Kopassus juga telah mendaki puncak Gunung Everest di tahun 1997.